ManajemenS2.umsida.ac.id – Generasi Z dikenal sebagai kelompok yang tumbuh di era digital dengan akses informasi yang melimpah. Mereka lahir antara tahun 1997 hingga 2006, dan kini banyak yang berada di usia produktif. Tantangan terbesar generasi ini bukan hanya menemukan peluang kerja, tetapi juga menciptakan peluang baru dengan percaya diri lewat dunia wirausaha.
Di tengah data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tingkat pengangguran di Sidoarjo masih mencapai 8,05 persen, semangat kewirausahaan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi angka pengangguran.
Namun, semangat saja tidak cukup. Dibutuhkan dorongan psikologis internal yang mampu menggerakkan generasi muda untuk berani mengambil langkah.
Salah satu faktor penting yang muncul dari penelitian terbaru adalah self-confidence atau rasa percaya diri.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dosen Program Studi Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), yakni Wisnu Panggah Setiyono SE MSi PhD bersama koleganya, mengungkap temuan menarik: rasa percaya diri terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha generasi Z.
Baca juga: Green Management Antara Komitmen Nyata dan Pencitraan Hijau
Rasa Percaya Diri sebagai Faktor Penentu
Hasil analisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan software SmartPLS 3.0 pada 128 responden generasi Z di Sidoarjo menunjukkan, nilai T-hitung variabel self-confidence mencapai 5,252 (>1,96) dengan signifikansi 0,000.

Angka ini menandakan bahwa rasa percaya diri benar-benar menjadi faktor dominan yang membentuk niat generasi muda untuk berwirausaha.
Menurut Wisnu Panggah Setiyono, “hal ini menegaskan bahwa tanpa rasa percaya diri, sulit bagi generasi Z untuk melangkah lebih jauh dalam dunia bisnis. Keberanian mengambil risiko, kemandirian dalam mengambil keputusan, dan daya tahan menghadapi tantangan bisnis sangat bergantung pada keyakinan individu terhadap dirinya sendiri,”.
Rasa percaya diri memberikan dorongan bagi anak muda untuk tidak hanya berani memulai usaha, tetapi juga konsisten dalam menjalaninya.
Dalam konteks ini, self-confidence bukan sekadar kepercayaan diri dalam berbicara atau tampil di depan umum, tetapi mencakup keyakinan akan kemampuan diri dalam mengelola usaha, menghadapi ketidakpastian, serta beradaptasi dengan dinamika pasar.
Dari Teori ke Praktik Kehidupan
Temuan penelitian ini sejalan dengan fenomena yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak anak muda yang memulai bisnis berbasis hobi atau kreativitas digital seperti content creator, penjual produk thrift, hingga pengembang aplikasi lokal.

Namun, hanya mereka yang memiliki keyakinan kuat terhadap potensinya yang mampu bertahan menghadapi persaingan.
Rasa percaya diri juga terbukti melahirkan daya juang tinggi. Ketika menghadapi kegagalan, generasi Z yang percaya diri tidak mudah menyerah.
Sebaliknya, mereka melihat kegagalan sebagai pelajaran untuk bangkit kembali.
Dalam hal ini, menurut dosen Umsida tersebut, “rasa percaya diri adalah energi psikologis yang mendorong generasi Z untuk berani melangkah keluar dari zona nyaman dan menciptakan inovasi baru.”
Selain itu, penelitian ini menyoroti bagaimana self-confidence membentuk kemandirian generasi muda.
Dengan keyakinan pada kemampuan diri, mereka lebih berani mengambil keputusan tanpa terlalu bergantung pada orang lain.
Hal ini penting di dunia bisnis, di mana keputusan cepat sering kali menentukan keberhasilan sebuah usaha.
Lihat juga: Membentengi Konsumen di Era Bisnis Online: Antara Penipuan, Hukum, dan Edukasi
Modal Psikologis yang Tak Tergantikan
Temuan penelitian Wisnu Panggah Setiyono dan tim di Umsida memberikan perspektif baru bahwa faktor psikologis internal, khususnya rasa percaya diri, jauh lebih berpengaruh daripada sekadar literasi keuangan dalam mendorong generasi Z untuk berwirausaha.
Meskipun pemahaman finansial tetap penting, nyatanya tanpa rasa percaya diri, niat untuk terjun ke dunia bisnis sering kali hanya berhenti di angan-angan.
Generasi Z kini memiliki tantangan sekaligus peluang besar: menjadi pencipta lapangan kerja, bukan hanya pencari kerja.
Modal utama untuk itu bukan hanya uang atau ilmu semata, melainkan keyakinan penuh pada kemampuan diri.
“Jika generasi Z berani percaya pada potensinya, maka peluang lahirnya wirausahawan muda yang tangguh akan semakin besar,” pungkas Wisnu Panggah Setiyono dalam penelitiannya.
Ke depan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi pijakan bagi dunia pendidikan dan masyarakat dalam menumbuhkan iklim wirausaha yang sehat.
Dengan kombinasi pengetahuan dan rasa percaya diri, generasi Z bukan hanya mampu bersaing, tetapi juga menciptakan perubahan nyata bagi perekonomian bangsa.
Sumber: Jurnal “The Influence Of Financial Literacy, Self Confidence And The Environment On Entrepreneurial Intentions In Generation Z”
Penulis: Indah Nurul Ainiyah