ManajemenS2.umsida.ac.id – Nilamsari Zahrina Avvrilia, atau akrab disapa Nilam, berhasil meraih predikat Wisudawan Terbaik Wisuda ke-46 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen FBHIS Umsida ini menuntaskan studi dalam waktu 1 tahun 11 bulan dengan IPK 3.75 dan predikat Cumlaude.
Di balik prestasinya, tersimpan perjalanan penuh perjuangan mental, kedisiplinan, dan kekuatan spiritual.
Baca juga: Ekonomi Islam Tawarkan Jalan Baru Menuju Keberlanjutan: Kritik Dr Kumara terhadap Kapitalisme
Perjalanan Penuh Tekanan yang Menempa Ketangguhan
Menjadi wisudawan terbaik bukanlah hal yang pernah dibayangkan Nilam.
Ia mengaku masih belum sepenuhnya percaya dirinya mampu berdiri di posisi istimewa tersebut.

“Saya sangat bersyukur, namun sampai sekarang pun saya masih belum sepenuhnya percaya bahwa saya bisa menjadi wisudawan terbaik. Yang saya lakukan hanyalah bertahan di tengah berbagai tekanan,” ungkapnya.
Nilam menyebut bahwa perjalanan akademiknya lebih banyak diwarnai perjuangan mempertahankan kondisi mental.
Tumpukan tanggung jawab, pekerjaan, dan dinamika kehidupan sering kali berjalan bersamaan.
“Tantangan terbesar saya adalah menjaga kondisi mental. Banyak hal terjadi sekaligus, dan mengatur fokus itu tidak mudah,” jelasnya.
Namun, dari tekanan itulah tumbuh ketangguhan baru. Nilam belajar menata diri, tetap bergerak, dan menguatkan komitmen menyelesaikan studi.
Ia menjalani rutinitas yang disiplin bekerja di siang hari, lalu memanfaatkan malam dan akhir pekan untuk kuliah dan penelitian.
Dukungan keluarga, terutama ibunya, menjadi fondasi terpenting. “Ibuku adalah dukungan terbesarku,” tegasnya.
Lihat juga: Sukses Pertahankan Akreditasi Unggul: Prodi AP Umsida Siap Tingkatkan Mutu
Motivasi, Penelitian, dan Harapan Masa Depan
Motivasi terbesar Nilam muncul dari keinginannya keluar dari hidup yang stagnan.
Ia ingin berkembang menjadi versi diri yang lebih baik dan memperbaiki masa depan.
“Ini bukan hanya soal akademik, tetapi bentuk penghargaan saya kepada orangtua dan tekad untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik,” ujarnya.
Dalam penelitiannya, Nilam menemukan bahwa beban kerja dan burnout mempengaruhi niat karyawan untuk resign, dengan distress sebagai variabel yang memperkuat pengaruh tersebut.
“Ketika karyawan mengalami stres emosional dan kelelahan mental, keinginan untuk keluar dari perusahaan meningkat signifikan. Artinya perusahaan harus lebih peduli pada kesehatan mental,” jelasnya.
Setelah lulus, Nilam berencana mengembangkan karier di posisi yang memberinya ruang bertumbuh, sekaligus melanjutkan sertifikasi profesional.
Kepada mahasiswa Magister Manajemen lainnya, ia berpesan agar tetap melangkah meski terasa berat.
“Memang ada hari ketika kalian ingin berhenti, tapi ingat: God never brought you this far only to fail you. Kalian kuat, dan ada tujuan indah di akhir perjalanan.”
Penulis: Indah Nurul Ainiyah












