Di Antara Target dan Waktu Luang: Menakar Realita Work-Life Balance bagi Manajer

Manajemens2.umsida.ac.id – Istilah work-life balance sering kali terdengar seperti mantra modern dalam dunia kerja masa kini. Semua orang menginginkannya, namun tak banyak yang benar-benar mampu merasakannya, terlebih bagi mereka yang berada di posisi manajerial.

Tanggung jawab besar, tekanan target, serta ritme kerja yang serba cepat membuat manajer kerap terjebak dalam dilema antara ambisi profesional dan kebutuhan pribadi.

Pertanyaannya, apakah work-life balance benar-benar bisa dicapai, atau hanya sekadar idealisme yang sulit diwujudkan?

Tantangan di Balik Peran Ganda Seorang Manajer

Menjadi seorang manajer bukan sekadar soal memimpin tim dan mencapai target bisnis. Di balik jabatan tersebut, tersimpan tanggung jawab moral dan emosional yang kompleks.

Sumber: Ilustrasi AI

Seorang manajer harus memastikan timnya bekerja dengan efektif, menjaga motivasi karyawan, mengatur strategi perusahaan, hingga menghadapi dinamika pasar yang berubah setiap waktu.

Semua itu menuntut energi, fokus, dan waktu yang tidak sedikit. Dalam realitasnya, batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sering kali kabur.

Era digital membuat komunikasi pekerjaan berlangsung 24 jam tanpa jeda pesan masuk bisa datang kapan saja, bahkan di waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat.

Hal ini menciptakan tekanan psikologis yang sulit dihindari, terutama bagi manajer yang memikul tanggung jawab kolektif terhadap kinerja tim.

Tekanan ini kerap membuat manajer berada dalam siklus kelelahan (burnout), yang tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kesehatan mental dan hubungan pribadi.

Ketika fokus berlebihan pada pekerjaan, aspek lain seperti keluarga, kesehatan, dan waktu untuk diri sendiri sering terabaikan.

Ironisnya, sebagian manajer menganggap hal ini sebagai “harga yang wajar” demi karier.

Padahal, keseimbangan bukanlah kemewahan melainkan kebutuhan agar seseorang tetap mampu berpikir jernih dan memimpin dengan efektif.

Di sisi lain, muncul pula tuntutan baru dari generasi muda yang mulai menggeser cara pandang terhadap kerja.

Mereka tidak hanya mencari gaji tinggi, tetapi juga ruang untuk hidup seimbang.

Hal ini menuntut para manajer untuk beradaptasi dan menjadi teladan dalam membangun budaya kerja yang sehat suatu tantangan tersendiri di tengah tuntutan hasil yang semakin tinggi.

Baca juga: Pentingnya Lulusan Magister Manajemen: Menjawab Tantangan Dunia Bisnis Modern

Membangun Keseimbangan di Tengah Tekanan

Mewujudkan work-life balance memang tidak mudah, terutama bagi manajer yang selalu berada di antara kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi.

Sumber: Pexels

Namun, bukan berarti mustahil. Kuncinya terletak pada kesadaran bahwa produktivitas sejati tidak diukur dari lamanya waktu bekerja, melainkan dari efektivitas dalam mengelola waktu dan energi.

Manajer perlu membangun disiplin dalam menetapkan batas yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Teknologi yang selama ini dianggap sumber tekanan, sebenarnya bisa menjadi alat untuk membantu keseimbangan melalui pengaturan jadwal otomatis, delegasi tugas digital, atau sistem kerja fleksibel.

Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak, manajer dapat mengoptimalkan waktu kerja tanpa harus mengorbankan kehidupan di luar kantor.

Selain itu, penting pula bagi manajer untuk menanamkan pola pikir bahwa istirahat bukan tanda kelemahan, tetapi bagian dari strategi kepemimpinan.

Tubuh dan pikiran yang lelah tidak akan mampu menghasilkan keputusan yang bijak.

Manajer yang seimbang secara emosional dan mental akan lebih mampu memimpin dengan empati, mengambil keputusan strategis, dan menjaga hubungan kerja yang harmonis dengan timnya.

Program pengembangan diri, kegiatan sosial, hingga waktu untuk keluarga dapat menjadi bentuk investasi pribadi yang memperkaya kualitas hidup seorang pemimpin.

Ketika keseimbangan tercapai, kinerja pun akan meningkat secara alami karena lahir dari semangat yang berkelanjutan, bukan tekanan semata.

Lihat juga: Fenomena FOMO: Takut Ketinggalan Tren Memicu Mahasiswa Berbelanja Impulsif

Menjadikan Keseimbangan sebagai Budaya, Bukan Sekadar Slogan

Work-life balance bukanlah mitos, tetapi juga bukan realita yang datang dengan sendirinya.

Ia membutuhkan kesadaran, keberanian, dan komitmen untuk mengatur prioritas. Perusahaan yang cerdas akan menyadari bahwa kesejahteraan manajer berbanding lurus dengan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Sudah saatnya keseimbangan hidup tidak lagi dipandang sebagai kemewahan, melainkan standar profesionalisme baru.

Ketika seorang manajer mampu menata kehidupannya secara seimbang, ia tidak hanya menjadi pemimpin yang produktif, tetapi juga inspiratif.

Pada akhirnya, work-life balance bukan tentang membagi waktu secara sama rata, melainkan tentang memberi ruang bagi setiap aspek kehidupan untuk tumbuh berdampingan.

Di tengah dunia kerja yang bergerak cepat, keseimbangan adalah seni untuk tetap waras, tetap berdaya, dan tetap menjadi manusia di balik semua target dan ambisi.

Penulis: Indah Nurul Ainiyah

Bertita Terkini

Antara Formalitas dan Substansi: Menakar Pentingnya GCG di Era Modern
October 10, 2025By
Solvabilitas Bukan Penentu: Pelajaran dari Industri Teknologi di Pasar Modal
October 6, 2025By
Profitabilitas dan Likuiditas: Penentu Utama Nilai Perusahaan Teknologi di Pasar Modal
October 2, 2025By
Relevansi Ilmu Manajemen dalam Menjawab Tuntutan Global
September 28, 2025By
Pentingnya Lulusan Magister Manajemen: Menjawab Tantangan Dunia Bisnis Modern
September 24, 2025By
Magister Manajemen Peluang Emas bagi Mahasiswa Baru
September 20, 2025By
Etika Bisnis: Modal Penting untuk Manajer Profesional
September 8, 2025By
Mental Tahan Krisis: Strategi Bisnis Indonesia di Era Ketidakpastian
September 4, 2025By

Prestasi

Tiga Mahasiswa MM Umsida Sabet Presenter Terbaik di Seminar Nasional The 5th BENEFECIUM 2022
June 8, 2022By

Kegiatan

KlikBi MM mengedukasi UMKM Pentingnya HPP dan Fintech
July 15, 2024By
Kegiatan Matrikulasi
May 4, 2024By
Tingkatkan Pemahaman Teknologi, Prodes Ngadirenggo Gelar Sosialisasi Podcast
December 4, 2023
Mengenal Lebih Jauh Kerajinan Cor Kuningan Bersama Tim PKKM Bejijong
December 4, 2023By
Prodes Bejijong Buat“BESARI”, Ajari Peduli Lingkungan
December 4, 2023By
Tingkatkan Peluang Bisnis Dan Karir Di Era Digital, Mahasiswa Proyek Desa Balerejo Adakan Pelatihan Content Creator
November 30, 2023By
Prodes Ngadirenggo Adakan “Go Green Junior”, Pererat Kesadaran Lingkungan
November 28, 2023By
Gandeng Pokdarwis, Mahasiswa Prodes Kemiren Gelar Pertunjukan Sambut Kepala Desa Oro-oro Dowo
November 27, 2023By