ManajemenS2.umsida.ac.id – Nilai sebuah perusahaan sering kali hanya dipandang dari pergerakan harga sahamnya. Namun, di balik angka-angka yang bergerak naik turun di layar bursa, ada indikator keuangan yang menjadi kunci penentu persepsi investor yakni profitabilitas dan likuiditas.
Penelitian terbaru oleh Wisnu Panggah Setiyono SE MSi PhD, dosen Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), menegaskan bahwa dua faktor ini terbukti berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan teknologi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca juga: Etika Bisnis: Modal Penting untuk Manajer Profesional
Profitabilitas sebagai Sinyal Positif bagi Investor
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset yang dimiliki.

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan adalah Return on Assets (ROA).
Tingginya ROA mencerminkan efektivitas manajemen dalam mengelola sumber daya untuk menciptakan keuntungan.
“Profitabilitas yang tinggi memberi sinyal positif kepada investor. Artinya, perusahaan tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang dengan sehat dan berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih baik,” jelasnya.
Bagi perusahaan teknologi yang identik dengan inovasi dan dinamika pasar yang cepat berubah, profitabilitas menjadi penentu apakah model bisnis mereka benar-benar berkelanjutan.
Investor cenderung menaruh kepercayaan pada emiten yang mampu menjaga konsistensi laba, meski menghadapi volatilitas pasar.
Data BEI menunjukkan bahwa beberapa perusahaan teknologi sempat mengalami penurunan nilai saham dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, perusahaan dengan profitabilitas tinggi terbukti tetap diminati investor karena dianggap memiliki prospek jangka panjang yang lebih stabil.
Likuiditas: Jaminan Stabilitas Jangka Pendek
Selain profitabilitas, faktor lain yang tak kalah penting adalah likuiditas.

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek, seperti membayar utang atau mendanai operasional.
Penelitian ini menggunakan Current Ratio (CR) sebagai indikator likuiditas.
“Likuiditas yang sehat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas keuangan. Bagi investor, ini menjadi jaminan bahwa perusahaan mampu menghadapi tekanan jangka pendek tanpa harus mengorbankan keberlanjutan bisnisnya,” terang Wisnu.
Dalam konteks industri teknologi, likuiditas memainkan peran strategis.
Perusahaan yang bergerak di sektor ini sering kali membutuhkan modal besar untuk riset, pengembangan produk, dan ekspansi pasar.
Kondisi likuiditas yang baik membuat mereka lebih mudah mendapatkan dukungan dari lembaga keuangan maupun mitra bisnis.
Tak heran, investor memberikan nilai lebih bagi perusahaan dengan CR tinggi, karena dianggap lebih tangguh dalam menghadapi fluktuasi pasar.
Lihat juga: Set Aset Strategis Hadapi Krisis Ekonomi
Mengapa Solvabilitas Tidak Terlalu Berpengaruh?
Berbeda dengan profitabilitas dan likuiditas, variabel solvabilitas justru tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan teknologi.
Solvabilitas biasanya diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan menggambarkan seberapa besar ketergantungan perusahaan pada utang untuk membiayai asetnya.
Dalam penelitian ini, investor cenderung tidak menjadikan solvabilitas sebagai prioritas utama.
Sebaliknya, mereka lebih fokus pada kemampuan perusahaan mencetak laba dan menjaga arus kas.
“Di industri berbasis inovasi seperti teknologi, utang bukanlah indikator dominan. Investor lebih peduli apakah perusahaan mampu menghasilkan profit dan menjaga kestabilan likuiditas,” ungkap Wisnu.
Temuan ini sejalan dengan teori sinyal, yang menekankan pentingnya perusahaan memberikan informasi yang relevan kepada investor.
Profitabilitas dan likuiditas dianggap sebagai sinyal kuat mengenai kesehatan perusahaan, sementara tingkat utang tidak selalu langsung memengaruhi persepsi nilai.
Fondasi bagi Masa Depan Industri Teknologi
Penelitian yang dilakukan terhadap 12 perusahaan teknologi di BEI periode 2021–2023 ini menegaskan bahwa profitabilitas dan likuiditas adalah fondasi utama dalam membangun nilai perusahaan.
Kedua faktor ini tidak hanya berdampak pada pergerakan harga saham, tetapi juga menjadi dasar kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang.
“Perusahaan teknologi sebaiknya menempatkan fokus pada upaya meningkatkan profitabilitas sekaligus menjaga likuiditas. Kedua hal ini terbukti menjadi pilar utama dalam menjaga nilai perusahaan di mata pasar,” tegas Wisnu.
Ke depan, perusahaan di sektor teknologi yang mampu menyeimbangkan inovasi dengan pengelolaan keuangan yang sehat berpotensi menjadi pemimpin pasar.
Dalam dinamika industri yang semakin kompetitif, menjaga profitabilitas dan likuiditas bukan hanya pilihan, melainkan keharusan strategis.
Sumber: Jurnal “The Influence of Profitability, Liquidity, and Solvency on Company Value in the Technology Sector Listed on the Indonesia Stock Exchange”
Penulis: Indah Nurul Ainiyah












